Pengaruh
Gangguan Kecemasan Pada Perkembangan Identitas Remaja
Latar Belakang
Gangguan kecemasan atau phobia tidak lepas
dari pengalaman yang tidak menyenangkan di masa kecil atau masa lalu. Gangguan
ini bisa dialami oleh siapa saja baik pria, wanita, anak-anak maupun orang
dewasa. Hal ini dapat mengganggu aktivitas sehari – hari yang mereka jalani, begitu
pula dengan orang - orang sekitar mereka karena terkadang bagi orang – orang
yang tidak memiliki gangguan kecemasan, mereka bersikap berlebihan. Gangguan
kecemasan ini juga bisa menjadi salah satu poin penilaian seseorang terhadap
sikap, pribadi maupun identitas diri si penderita. Misalnya, ada cerita tentang
seorang phobia ketinggian atau bisa dibilang hyperphobia. Setiap ia ikut
keparkiran di dalam gedung yang tinggi, ia akan berteriak sekuat tenaga, sampai
menjadi pusat perhatian orang-orang di tempat tersebut. Ia dibawa ke parkiran
gedung yang tinggi dikarenakan bersangkutan dengan terapi yang ia jalani. Tapi
hal tersebut membuat malu orang tua, keluarga dan teman-temannya. Setelah
beberapa bulan ia sudah tidak berteriak lagi. Hal ini membuktikan bahwa phobia
bisa disembuhkan meskipun prosesnya lama atau tidak 100% sembuh dan bisa memperbaiki
pribadi dan identitas orang tersebut.
Pengertian Phobia dan Identitas
Pengertian Phobia
Fobia (fo.bia) n ketakutan yang sangat berlebihan terhadap benda atau
keadaan tertentu yang dapat menghambat kehidupan penderitanya. (KBBI, 2002).
A phobia is an intense fear of specific
object, situation, or activity. Mental health professionals have identified
hundreds of phobias. Phobias come in three main categories. A specific phobias
is fear of one object, situation, or activity, such as germs, an airplane
flight, or insects. A social phobia is a fear of being embarrassed in public
while engaging activities such as speaking, eating, or writing. Agoraphobia,
which is a form of panic disorder, is fear of open, public spaces such as
shopping centers and playing fields. (Chong
& Hovanec ,2012).
Phobia diartikan sebagai an irrational fear or hatred of something (Collins); persistent
or recurrent irrational fear or loathing
(Oxford); morbid fear (Writer’s Dictionary, Oxford); an overpowering fear (Macquarrie).
(Djarot, 2008)
Pengertian Identitas
Identitas merupakan suatu persatuan.
Persatuan yang terbentuk dari azas-azas, cara hidup, pandangan-pandangan yang
menentukan cara hidup selanjutnya. Persatuan ini merupakan inti pada seseorang
yang menentukan cara meninjau diri sendiri dalam pergaulan dan tinjauannya ke
luar dirinya. (Ibrahim,2007)
Identitas diri adalah kesadaran akan diri
pribadi yang bersumber dari pengalaman dan penilaian, sebagai sintesis semua
aspek konsep diri dan menjadi satu kesatuan yang utuh. (Sunaryo, 2004)
Kegiatan perkembangan identitas diri ini
sangat menentukan akan menjadi apa suatu individu di masa depan. Pengaruh orang
terdekat mereka juga menentukan sikap apa yang individu ini akan miliki.
Bagaimana dengan individu yang memiliki suatu kecemasan atau phobia? Biasanya
orang tua dan orang terdekat mereka akan menyadari adanya kejanggalan akan hal
tersebut. Menenangkan mereka adalah cara pertama yang biasanya diambil. Bila
hal tersebut tidak berpengaruh, pasien akan dibawa ke dokter psikiater untuk
tahap lebih lanjutnya.
Ciri-ciri tingkah laku fobia
adalah pasien tidak mampu menyebutkan sumber
ketakutannya, dan merasa kebingungan serta mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian.
Tanda-tanda yang muncul di antaranya adalah takikardi, palpitasi, sesak dan keringat.
(Ibrahim, 2007)
Ciri-ciri identitas diri berdasarkan buku Psikologi yang
dibuat oleh Sunaryo, 2004 adalah: (a) Memahami diri sendiri sebagai organisme
yang utuh, berbeda, dan terpisah dari orang lain; (b) Menilai diri sendiri
sesuai dengan penilaian masyarakat; (c) Mengakui jenis kelamin sendiri; (d)
Menyadari hubungan masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang; (d)
Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keserasian dan
keselarasan; (e) Mempunyai tujuan hidup yang bernilai dan dapat diselaraskan.
Berdasarkan buku Psikologi
yang ditulis oleh Surnaryo, 2004 dikatakan hal-hal yang berkaitan dengan
identitas diri adalah: (a) Berkembang sejak masa kanak-kanak, bersamaan
dengan berkembangnya identitas diri; (b) Individu yang memiliki perasaan
identitas diri kuat akan memandang dirinya tidak sama dengan orang lain, unik,
dan tidak ada duanya; (c) Identitas jenis kelamin berkembang secara bertahap
sejak bayi; (d) Identitas jenis kelamin dimulai dengan konsep laki-laki dan
perempuan serta banyak dipengaruhi oleh pandangan maupun perilaku masyarakat;
(e) Kemandirian timbul dari perasaan berharga, menghargai diri sendiri,
kemampuan, dan penguasaan diri; (f) Individu yang mandiri dapat mengatur dan
menerima dirinya.
Masa remaja merupakan masa dimana
pembentukan identitas diri terjadi. Di masa ini mereka yang menentukan mereka
akan menjadi apa di masa depan. Penentuan pribadi ini juga ditentukan oleh
lingkungan dan orang-orang di sekitar mereka. Adanya kecemasan dalam diri
remaja akan menghambat proses pembentukan identitas ini. Menurut buku psikologi
remaja, terdapat dua faktor yang
berperan dalam pembentukan identitas,
yakni: (a) Identifikasi; (b) Eksperimentasi (mencoba-coba, berpetualagan). (Gunarsa & Gunarsa, 2012)
Bila perkembangan masa remaja terganggu
dengan adanya gangguan kecemasan, terdapat cara
untuk menyiasati gangguan phobia tersebut. Otto Fericel (1945) yang dikutip
dalam buku Ibrahim, 2007, meminta perhatian bahwa kecemasan dapat disembunyikan
dalam pola sikap dan perilaku yang mencerminkan suatu penyangkalan terhadap
objek atau situasi yang ditakuti yang sebenarnya bahaya. Dasar dari fenomena
ini merupakan kebaikan dari situasi yang sebenarnya dan merupakan sikap
perlawanan terhadap lingkungan di luar dirinya. Dan ingin menguasai apa yang
ditakutinya.
Pasien
fobia memiliki respon yang berbeda-beda. Biasanya mereka mempunyai
kebiasaan yang berbeda dengan lingkungannya. Hal inilah yang dapat memisahkan
mereka dengan keluarga dan teman-teman serta lingkungan masyarakat di mana
mereka berada. Bagi orang normal, kecemasan yang mereka alami masih dapat
mereka toleransi, tapi bagi pasien fobia kecemasan ini sama sekali tidak bisa
ditoleransi. Peran anggota keluarga seharusnya dapat membantu mengendalikan
pasien dengan cara mengendalikan kecemasan pasien dan membuat mereka merasa
aman. (Ibrahim,2007)
Menurut
Diagnostic and Statistical Manual IV (DSM-IV) yang dimuat dalam buku Ibrahim, 2007. Klasifikasi gangguan
kecemasan adalah: (a) Gangguan neoristik misalnya cemas, keadaan cemas yang
tidak spesifik, gangguan panik, gangguan cemas umum; (b) Gangguan phobia
misalnya Fobia tidak spesifik, agoerafobia dengan serangan panik, agoerafobia
tanpa serangan panik; fobia sosial; isolasi lain atau fobia simpleks; (c)
Gangguan obsesif-komplusif; (d) Reaksi akut terhadap stress misalnya gangguan
stres akut; (e) Reaksi penyesuaian misalnya gangguan stres pascatrauma.
Phobia ini bisa disembuhkan
dengan melakukan berbagai macam proses penyembuhan. Misalnya hypnosis, terapi,
meminta bantuan motivator dalam proses penyembuhan, dan sebagainya.
Kesimpulan
Masa dimana pembentukan diri terjadi dapat
terganggu dengan beberapa hal dan salah satunya adalah gangguan kecemasan yang
diidap oleh suatu individu. Banyak faktor yang menyebabkan individu tersebut
mengalami gangguan kecemasan atau fobia. Biasanya dari kejadian yang tidak
menyenangkan di masa lalu yang mereka alami dan tidak bisa lepas dari pikiran
mereka. Ada juga berdasarkan garis keturunan. Pengaruh orang terdekat sangat
besar dalam proses penyembuhan fobia dan perkembangan identitas diri mereka.
Jadi adanya proses penyembuhan dan perhatian yang diberikan oleh orang-orang
terdekat penderita menjadi faktor keberhasilan pembentukan kembali identitas
diri si penderita.
Daftar Pustaka
Departemen
Pendidikan Nasional. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi ke-3).
Chong, E. S., & Hovanec, E.
(2012). Phobias, 6. Diunduh dari:
Djarot,
E. (2006). Rapot Indonesia Merah, 45. Diunduh dari
Ibrahim,
A. S. (2007). Panik neurosis dan gangguan cemas. (edisi ke-2). Jakarta:
Dua AS-AS.
Sunayo.
(2004). Psikologi untuk keperawatan. Oleh M. Ester (Ed.), Diunduh dari:
Gunarsa,
Y. S. D., & Gunarsa. S. D. (2012). Psikologi Remaja. Jakarta: Libri.