Sunday, September 28, 2014

Manusia dan Afektifitasnya

Oleh Dr. Raja Oloan Tumanggor

Kekayaan dan Kompleksitas afektivitas Manusia

     Yang membedakan manusia dengan tumbuhan / hewan adalah afektivitasnya.
Afektivitas =

  • membuat manusia ‘berada’ di dunia, berpartisipasi dg org lain.
  • mendorong org utk mencintai, mengabdi dan menjadi kreatif.
  • Memperdalam cara kita hadir didunia 
  • Termasuk kegiatan yang kompleks

Bagaimana disposisi afektif dasariah si subyek terhadap

obyeknya? 

     Seluruh kehidupan afektif berputar pd dua kutub yg bertentangan satu sama lain: 
mengarah pd obyek krn menyukainya, atau berpaling drnya krn menganggapnya buruk. 
Cinta = buah afektivitas positif, benci= buah afektivitas negatif.
Sebenarnya cintalah yg paling dasariah.

Sikap mana yg diambil afektivitas berhadapan dg obyek?

     Terhadap obyek yg dianggap berguna subyek mencintainya. Ini disebut cinta

utilitaris/bermanfaat

Bagaimana sikap subyek dapat ditentukan secara afektif

oleh obyeknya? 

    Dibedakan ‘perasaan’ dan ‘emosi’.

    Kehidupan afektif memperlihatkan macam2 cara yg berbeda2 menurut bagaimana
subyek menguasai obyek. 
     Keadaan afektif yg berbeda2 ini disebut ‘hasrat-hasrat jiwa (Thomas Aquinas).
     Meninjau ciri khas kebenaran afektivitas yg disebut ‘suasana hati.’ Orang bersuasana

hati baik: bila semua kemampuan bekerja dengan baik.

Apa yang bukan perbuatan afektif?

    Cinta, karena membuktikan dan mendahului diri dalam perbuatan. 
    Afektivitas kerpa disamakan dengan kesanggupan merasa, padahal kehidupan afektif

bukan menyangkut merasa saja, tapi juga menyangkut hla - hal yang spiritual. 

Apa yang merupakan perbuatan afektif?

    Hidup afektif (afektivitas) adalah seluruh perbuatan afektif yang dilakukan subyek

sehingga

subyek ditarik oleh obyek atau sebaliknya. 

     Perbuatan afektif sedikit mirip dg  ‘perbuatan mengenalkrn dianggap perbuatan

vital/imanen. Tapi perbuatan afektif beda dg ‘perbuatan mengenalkrn perbuatan afektif itu
lebih pasif, sedangkan padaperbuatan mengenalsubyek membuka diri pd obyek.

Kondisi afektivitas manusia
     Perlunya suatu ikatan kesamaan antara subjek dan objek perbuatan afektifnya.
Apakah kesenangan harus dicurigai? Kesenangan=perasaan yg dialami subyek bila dia

dihinggapi oleh keadaan berada lebih baik. 


Catatan tentang cinta akan diri, sesama dan Tuhan
     Orang sering menganggap cinta diri sendiri adalah egoisme, maka tidak baik. Padahal

cinta akan diri sendiri dapat ditemukan pada orang yang sanggup mencintai orang lain 

dengan sungguh-sungguh.
     Egoisme menolak setiap perhatian otentik pd org lain. Orang egois hanya mengambil

untung dari apa saja.
    Jika kita mencintai Tuhan dengan seluruh jiwa/hati, tidakkah itu sama dengan

mengasingkan diri dari diri sendiri?
     Tidak. Tuhan tdk melawan kita. Ia transenden dan imanen. St. Agustinus: Tuhan adalah

pokok pangkal kepribadian kita masing-masing. Ia = dasar dalam mana semua manusia

saling berkomunikasi. Makin saya mendekati orang lain, makin saya mendekati Tuhan.



sumber 20140926 Manusia dan afektivitasnya








Filsafat Manusia

Pengertian, Hakikat, Metode dan Tujuan




Apa Filsafat Itu dan Perenungan Kefilsafatan?
       Berasal dari kata pheilein (mencintai) dan sophia (kebijaksanaan). Sebagai penerenuan dicirikan oleh:
  • Mengkaji segala hal secara kritis
  • Menggunakan metode dialektis
  • Berusaha mencapai realitas terdalam (arkhe)
  • Bertujuan menangkap tujuan ideal realitas
  • Mengetahui bagaimana harus hidup sebagai manusia
     Jadi, filsafat sebagai hasil perenungan, sebagai kritik juga sebagai ilmu yang berusaha mencari kebenaran secara metodik, sistematis, rasional, runtut, radikal dan bertanggungjawab. 


Pembagian Filsafat

Philosophy:
  • Methaphysics
    • General
      • Ontology
    • Special
      • Cosmology
      • Theology
      • psychology
  • Epistemology
  • Logic
  • Ethics
Apa itu Filsafat Manusia?
Bagian dari filsafat yang mengupas apa arti manusia/ mebyoroti hakikat dan esensi manusia. Memikirkan asal - usul kehidupan manusia (origin of human life), hakikat hidup manusia (the mature of human life), dan realitas eksistensi manusia. Juga hasrat untuk tahu apa dan siapa manusia. Menanyakan pertanyaan krusia tentang dirinya sendiri dan secara bertahap memberi jawaban bagi dirinya sendiri. 

Istilah terkait filsafat manusia
Dulu:
  • Psikologi filosofis
  • Psikologi rasional
Keduanya sebagai lawan dari "psikologi empiris", "psikologi eksperimental" atau "psikologi ilmiah"

Sekarang:
  • Filsafat Manusia
  • Aantropologis filofis
Apa perlunya mempelajari filsafat manusia?

     Manusia = mahluk mampu dab wajib menyelediki arti yang dalam dari "yang ada". Manusia juga bertanggung jawab pada dirinya sendiri (boleh tidak tau segalanya tapi setidaknya mengenal dan mengerti diri sendiri agar dapat mengatir diri dalam hidup ini.)

Sulitkah berfilsafat tentang manusia?

     Ya, karena seolah tak berguna/tak mungkin. Sekarang banyak ilmu yang mengkaji manusia yang menperkaya dan memperdalam pengetahuan tentang manusia. Perlu berfilsafat lagI? Perlu! Banyak filsuf yang bertentangan, mungkin juga mereka salah. 

Jadi masih perlu & mungkinkan berfilsafat manusia? 
     
     Masih, pandangan yang bertentangan tersebut diatasi dan didamaikan. "Kesalahannya" juga dikoreksi lagi. (Plato, Aristoteles, Merleau-Ponty, Paul Ricoeur, Martin Heidegger. Soren Kierkegaard. Emmanuel Levinas. Gabriel Marcel. Jacques Lacan. Jacques Derrida) konsepsi mereka sunggih mendalam dan holistik. 

Relevankah filsafat manusia?
     
     Ya, manusia -> dinamis, misteri dan paradoksal. Kenapa?
  • Dengan bertanya manusia mewujudkan hakikat kemanusiaannya
  • Dengan mendalami manusiamanusia mengenal dirinya lebih baik
  • Sebagai konsekuensi no.2 di atasfilsafat manusia mengantar manusia semakin bertanggung jawab terhadap dirinya dan sesamaMisalnya kata Karl Marx, Erich Fromm dan E. Levinas
Metode Filsafat Manusia
Cara kejanya sama seperti filsafat pada umumnya yaitu:
  • Refleksi, analisa transendental dan sintesa
  • Ekstensif, intensif dan kritis
Objeknya?

Material = manusia
Formal = esensi manusia dan strukturnya yang fundamental {struktur metafisik (intisari,                        struktur dasar, bentuk terpenting manusia, dinamisme primordial manusia yang                    diketahui melalui daya pikir}

Kata Max Scheler dan Heidegger 

     Tak ada zaman, seperti zaman sekarang di mana manusia menjadi pertanyaan bagi dirinya sendiri atau menjadi problematik bagi dirinya. Tak ada pula masa di mana di tengah kemajuan yang pesat mengenai manusia, manusialah paling kurang tahu tentang dirinya dan tentang identitasnya.

Kata A. Heschel ( “Who is man?” Stanford University Press, 1965)
     
     “Filsafat mempunyai perhatian terhadap manusia dalam totalitasnya, bukan dalam aspek ini atau itu. setiap ilmu terspesialisasi (antropologi, linguistik, fisiologi, kedokteran, psikologi, sosiologi, ekonomi, ilmu politik), betapapun kerasnya usaha mereka, mereka tetap membatasi totalitas dari individu dengan memandangnya dari segi salah satu fungsi, atau dari dorongan tertentu. Pengetahuan kita tentang manusia terpecah-pecah: kerapkali kita menggantikan keseluruhan dengan salah satu bagian. Kita berusaha menghindari kesalahan itu”

Pertanyaan tentang manusia, darimana?
  • Kekaguman
  • ketakjuban 
  • Frustasi
  • Delusi
  • Pengalaman negatif 
“aku menjadi masalah besar bagi diriku” kata Augustinus yang sedih karena kematian

temannya

“karena kita adalah manusia yang akan mati…kita tidak akan puas dengan

perubahan formasi sosial melulu, tetapi kita ingin mengetahui persoalan pribadi”

Adam Schaft)

Refleksi filosofis tentang manusia dapat tumbuh dari pengalaman akan kehampaan,

alienasi, rutinitas, dan absurditas  sebagaimana digambarkan (Albert Camus)



Apa saja yang dibahas dalam filsafat manusia?
  • Mencari kekhasan manusia
  • Manusia sebagai “ada-di-dunia”
  • Evolusi
  • Antarsubyektivitas (sosialitas manusia)
  • Manusia sebagai eksistensi bertubuh
  • Transendensi
  • Manusia sebagai roh
  • Pengetahuan manusia
  • Kebebasan
  • Kesejarahan/historisitas
  • kebudayaan, sains dan teknologi
  • Dimensi antropologis dari pekerjaan
  • Manusia sebagai pribadi/persona
  • Kematian dan harapan


Sumber dari power point FILSAFAT MANUSIA 






Etika dan Moral

Sebenarnya materi ini sudah dibahas saat pertemuan ke 5 tapi karena belum lengkap, dibahas dan dilanjutkan di ketemuan ke 6. Kali ini, kalian akan dibawa ke dunia etika dan moral. So...lets the journey begin!

Pengetian Etika
Disebut juga filsafat moral/moral phylosophy. Berasal dari kata Yunani, Ethos (watak) sedangkan moral berasal dari kata latin, yaitu mos (tunggal) dan moris (jamak) artinya kebiasaan. Jadi kalau digabung dan diindonesiakan menjadi kesusilaan. Objek materialnya adalah tingkah laku/perbuatan manusia (dilakukan secara sadar & bebas). Objek formalnya kebaikan dan keburukan atau bermoral dan tidak bermoral dari tingkah laku tersebut.

Etika menurut:

  • Bertens
    • Berasal dari bahasa Yunani Kuno, ethos (adat kebiasaan, adat istiadat, akhlak yang baik). Dari asal usul kata, etika = ilmu tentang apa yang biasa dilakukan/ilmu tentang adat istiadat. 
    • Nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Disebut juga sebagai “sistem nilai” dalam hidup manusia perseorangan atau hidup bermasyarakat. Misal: Etika orang Jawa.
    • Kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksud disini adalah kode etik, misal : Kode Etik Advokat Indonesia, Kode Etik Notaris Indonesia.
    • Ilmu tentang yang baik atau yang buruk. Artinya sama dengan filsafat moral.
  • KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
    • Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (Akhlak).
    • Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
    • Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Etika dibagi menjadi 2 yaitu:


  1. Etika Perangaai
    • Adat istiadat/kebiasaan yang menggambarkan hidup bermasyarakat didaerah - daerah terntentu dan pada waktu tertentu juga.
    • Berlaku karena disepakati berdasarkan hasil penilaian pelaku.
    • berbusana adat, pergaulan muda-mudi, upacata adat, perkawinan semenda.
  2. Etika Moral
    • Kebiasaan (berasal dari kodrat manusia/moral) berperilaku yang baik dan benar berdasarkan kodrat manusia. 
    • Bila dilanggar akan timbul kejahatan (perbuatan yang tidak baik dan tidak benar)
    • berkata dan berbuat jujur, menghargai hak orang lain, menghormati orang tua atau guru, membela kebenaran dan keadilan, menyantuni anak yatim-piatu.
Arti Etika:
  • Etika sebagai ilmu -> “Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang                                        hak dan kewajiban moral.”
  • Etika sebagai kode etik -> “Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan                                                        akhlak.”
  • Etika sebagai sistem nilai -> “Nilai mengenai benar-salah yang dianut oleh suatu                                                golongan atau masyarakat.”

Objek Material & Objek Formal Etika


Objek material = suatu hal yang dijadikan sasaran pemikiran, suatu hal yang diselidiki,                           atau suatu hal yang dipelajari. Objek material bisa bersifat konkret atau                          abstrak.
Objek material etika = tingkah laku atau perbuatan manusia (perbuatan yang dilakukan                                     secara sadar dan bebas).

Objek formal = cara memandang atau meninjau yang dilakukan seorang peneliti/ ilmuwan                     terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang digunakannya.
Objek formal etika = kebaikan dan keburukan, bermoral tidak bermoral dari tingkah laku                           tersebut. (Perbuatan yang dilakukan secara tidak sadar atau tidak bebas,                       tidak dapat dikenakan penilaian bermoral atau tidak bermoral).
Etika Sebagai Cabang Filsafat
     Etika merupakan cabang filsafat yang mengenakan refleksi dan metode tugas manusia
dalam upaya menggali nilai-nilai moral, atau menerjemahkan pelbagai nilai itu ke dalam
norma-norma, lalu menerapkannya pada situasi kehidupan konkret. 
    Sebagai ilmu, etika mencari kebenaran; sebagai filsafat, etika mencari keterangan (dan kebenaran) yang sedalam-dalamnya. Sebagai tugas, etika mencari ukuran tentang baik-buruknya tingkah laku manusia.

Berdasarkan Kajian Ilmu:
  • Etika Normatif: mempelajari secara kritis dan metodis norma-norma yang ada,                    untuk dapat norma dasar yang dapat dipertanggungjawabkan.                       Maka sebagai ilmu, etika bersifat kritis dan metodis.
  • Etika Fenomenologis: mempelajari secara kritis dan metodis gejala-gejala                                       moral seperti suara hati kesadaran moral, kebebasan,                                    tanggung jawab, norma-norma, dsb
Domain Etika dalam RANAH Ilmu Pengetahuan 


Dari ilmu pengetahuan memasuki filsafat lalu terahir menuju etika 

Tujuan Belajar Etika
     Untuk menyamakan persepsi tentang penilaian perbuatan baik dan buruk bagi setiap
manusia dalam ruang dan waktu tertentu. Sebagai ilmu bersifat kritis dan metodis. 

Sistematika Etika

De Vos (1987)

  •        Etika Deskriptif
    •        Sejarah kesusilaan 
    •        Fenimenologi Kesusilaan 
  •        Etika Normatif


K. Bertens (1993):

  •        Etika Deskriptif
  •        Etika Normatif
    •        Etika Umum
    •        Etika Khusus
  •        Metaetika
Franz Magnis-Suseno (1991)
  •        Etika Umum
  •        Etika Khusus
    •        Etika Individual
    •        Etika Sosial 
      •        Sikap terhadap sesama
      •        Etika keluarga
      •        Etika profesi (biomedis, bisnis, hukum, ilmu pengetahuan, komunikasi)
    •        Etika politik
    •        Etika lingkungan hidup
    •        Kritik ideologi - ideologi
Etika Deskriptif
       Etika yang membahas apa yang enak dipandang. melukiskan tingkah laku moral dalam
arti luas. mempelajari moralitas yang terdapat pada individu dan kebudayaan atau subkultur
tertentu, atau dalam suatu periode sejarah.

Sejarah Kesusilaan 
    Timbul bila orang menerapkan metode historis dalam etika deskriptif dan juga menyelidiki
manakah pendirian mengenai bak buruk, norma kesusilaan yang pernah berlaku, cita - cita
kesusilaan mana yang diantu oleh bangsa-bangsa tertentu. 

Fenimenologi Kesusilaan 
      Uraian atau percakapan tentang  fenomenon atau sesuatu yang sedang menampakkan
diri, atau sesuatu tang sedang menggejala. Fenomenom (sesuatu yang tampak/gejala)
Logos (uraian,percakapan).

     Etika fenomenologi tidak memasang sendiri norma-norma, tidak menilainya, juga tidak
“membuktikan” sifat mutlak kesadaran moral, hanya menjelaskan, menunjukkan adanya
unsur-unsur itu dalam kesadaran moral.

     Fenomenologi kesusilaan mencari makna kesusilaan dari gejala-gejala kesusilaan;
(melukiskan kesusilaan sebagaimana adanya, mempertanyakan apakah yang merupakan
hakikat kesusilaan)

     Ciri pokoknya menghindarkan pemberian tanggapan mengenai kebenaran.


Etika Profesi
     Etika sosial yg menyangkut hubungan antar manusia dalam satu lingkup profesi dan
masyarakat pengguna profesi tersebut. 

Ciri - cirinya:
  •         Adanya pengetahian khusus (Biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.)
  •         Adanya kaidah dan standar moral yang tinggi (setiap pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.)
  •            Mengabdi pada kepentingan masyarakat (setiap pelaksana profesi harus meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat)
  •                 Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi (Setiap profesi akan selalu berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untukmenjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.)
  •                 Menjadi anggota suatu profesi
Prinsip - prinsipnya:

  •        Tanggung jawab 
    •             Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
    •      Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada umumnya.
  •        Keadilan 
    •           Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya.
  •        Otonomi 
    •         Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan di beri kebebasan dalam menjalankan profesinya.
Kode Etik
     Norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah
laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja.

Tujuannya:
  •        Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
  •        Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
  •        Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
  •        Untuk meningkatkan mutu profesi.
  •        Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
  •        Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
  •        Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
  •        Menentukan baku standarnya sendiri.
Aliran dalam Etika

Eudemonisme 
(berasal dari bahasa Yunani, eu dan daimon = roh/semangat yang baik).
Menekankan bahwa kebaikan tertinggi manusia terletak pada kebahagiaan atau situasi
yang secara umum baik. 

Mereka meyakini: 
  •      adanya suatu skala nilai-nilai, asas-asas moral atau aturan2 bertindak (code of conduct)
  •      lebih menguntungkan hal2 yg bersifat spiritual atau mental daripada yg bersifat inderawi/ kebendaan 
  •        lebih mengutamakan kebebasan moral daripada ketentuan kejiwaan atau alami.
  •        lebih mengutamakan hal yg umum daripada yang khusus.
Hedonisme
   Kebaikan manusia menurut kaum hedonis (Yunani, hedone =
kenikmatan/yang menyenangkan) terletak dalam kenikmatan dan kesenangan yang
menjadi tujuan hidup manusia. Aliran ini menganjurkan manusia untuk mencapai
kebahagiaan yang didasarkan pada kenikmatan, kesenangan. Aliran hedonisme
menyatakan bahwa kesenangan/ kebahagiaan adalah tujuan hidup manusia oleh karena itu
reguklah kenikmatan selama masih bisa direguk. Padahal mereka lupa bahwa kegembiraan
pikiran lebih tinggi daripada kenikmatan jasmani.

Egoisme
     Kesenangan dan kebahagiaan diri sendiri menjadi target usaha seseorang dan bukan
kebaikan orang lain. Lawan dari aliran ini adalah Altruisme (Latin, alter = yang lain/orang
lain) menekankan dan melihat kesenangan/kebahagiaan orang lain. 

Utilitarianisme 
     (Latin: uti, usus sum= menggunakan atau utilis= yang berguna). Ini merupakan bentu
hedonisme yang digeneralisir. Kesenangan atau kenikmatan manusia dilihat sebagai
seusuatu yang baik dalam dirinya, sedangkan penderitaan dan sakit adalah buruk dalam
dirinya. Aliran ini menyatakan bahwa tindakan yg baik adalah tindakan yg sebesar-besarnya
bagi manusia yang sebanyak-banyaknya. Dengan kata lain segala sesuatu yang berguna
selalu dianggap baik.

Deontologisme 
     (Yunani: deon&logos= ilmu tentang kewajiban moral). Adalah etika kewajiban
yang didasarkan pada intuisi manusia tentang prinsip-prinsip moral. Sikap dan intensi
pelaku lebih diutamakan daripada apa yang dilakukan secara konsekuensi perbuatan itu. 
  •      Deontologisme Etis: berpendirian bahwa sesuatu tindakan dianggap baik tanpa disangkutkan dengan nilai kebaikan suatu hal. Yang menjadi dasar moralitas adalah kewajiban.
Etika situasi
   Kebenaran suatu tindakan ditemukan dalam situasi konkret individual atau bagaimana
situasi itu mempengaruhi kesadaran individual.

Beda Etika dan Moral
Etika = Yunani "ethos" (adat kebiasaan). 
Moral = Latin "mos' (adat kebiasaan)
Memiliki arti yang sama dari dua bahasa yang beda dan juga memiliki perbedaan dalam penggunaannya sehari-hari. Moral untuk perbuatan yang sedang dinilai sedangkan etika untuk pengajian sistem nilai - nilai yang ada. 

Amoral dan Imoral 

KBBI“Amoral” dijelaskan sebagai “tidak bermoral, tidak berakhlak” 

Concise Oxford Dictionary:
  •        Amoral = “unconcerned with, out of the sphere of moral, non moral”.
  •        Immoral = “opposed to morality; morally evil

Amoral
  •        tidak berhibungan dengan konteks moral
  •        di luar suasana etis
  •        non-moral
Immoral 
  •        bertentangan dengan moralitas yang baik
  •        secara moral buruk
  •        tidak etis
Beda Etiket dan Etika
 
     Etiket menyangkut “cara” suatu perbuatan harus dilakukan, hanya berlaku dalam
pergaulan, bersifat relatif, memandang manusia dari segi lahiriah saja;
     Etika tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan, memberi norma tentang
“perbuatan itu sendiri”, tidak tergantung pada hadir tidaknya orang lain, jauh lebih bersifat
absolut. menyangkut manusia dari segi dalam.

Perbedaan menurut Bertens 
1. Etika, menerapkan norma perbuatan (apakah boleh dilakukan atau tidak)
   Etiket, menerpakan cara melakukan perbuatan (menunjukan cara yang tepat, baik dan            benar sesuai yang diharapkan) 
2. Etika, Berlaku tidak bergantng pada ada tidaknya orang lain 
    Etiket, berlaku hanya dalam pergaulan
3. Etika, bersifat absolut (tidak dapat ditawar)
   Etiket, bersifat relatif (dianggap sopan didalam satu budaya tapi dibudaya lain dianggap          tidak sopan)
4. Etika, memandang manusia dari segi dalam/batiniah
    Etiket, memandang manusia dari segi luar/lahiriah

Beda Etika dan Hukum 

  •            Hukum lebih dikodifikasi daripada etika; etika tidak dikodifikasi.
  •            Hukum membatasi diri pada tingkah laku lahiriah saja; etika menyangkut    juga sikap batin seseorang.
  •            Sanksi yang berkaitan dengan hukum berlainan dengan sanksi yang   berkaitan dengan etika (sanksi hukum bisa dipaksakan, etika tidak bisa dipaksakan).
  •        Hukum didasarkan pada kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak negara; etika melebihi para individu dan masyarakat.
  •      Jika hukum memberikan putusan hukumnya perbuatan, etika memberikan penilaian baik buruknya.
  •       Etika ditujukan kepada manusia sebagai individu; hukum ditujukan kepada manusia sebagai makhluk sosial.
Beda Etika dan Agama

Etika sebagai cabang filsafat bertitik tolak pada akal pikiran, bukan agama. Etika
mendasarkan diri hanya pada argumentasi rasional. Agama bertitik tolak dari wahyu Tuhan
melalui Kitab Suci.



sumber dari power point ETIKA DAN MORAL-1, google image